disebuah desember
|Seperti sepotong puntung
Yang telah dihisap dengan hisapan kenikmatan
Aku menutup mata apiku yang lama menyala
Dan asap adalah akhir dari nyala itu
Seperti asap yang kemudian menyeruak di ruang 3×4 itu
Lalu diam-diam lolos disela-sela lubang angin
Aku terbang bersama asap itu
Aku menyerupai sebuah bimbang yang mengendap dalam percikan api
Dan membakar batang-batang pohon jati yang mulai meranggas
Mati
Anginpun meniupkan kegersangan pada kemarauMu
Oh, inikah pancaroba
Yah, aku adalah batang-batang yang menjadi abu
Namun aku ingin terbang seperti debu
4 Comments
bagus banget bah, cocok kalo dimasukin ke puisinya di harian kompas….
bagus banget bah, cocok kalo dimasukin ke puisinya di harian kompas….
masya Allah…! abah yang menulis puisi itu? bagus banget mas… kata-katanya benar-benar masuk direlung-rlung hati dan balung sungsum… perbanyak puisi dong bah…
masya Allah…! abah yang menulis puisi itu? bagus banget mas… kata-katanya benar-benar masuk direlung-rlung hati dan balung sungsum… perbanyak puisi dong bah…